Jumat, 28 Oktober 2016

cerpen : " Skenario Alloh Memang Indah "

by : luluk annisatul mufidah, 19 th
PP hidayatul mubarok, Lampung Tengah

" SKENARIO ALLAH MEMANG INDAH "

Tepat pukul 04.30, para santri terbangun mendengar suara tarhim yang menggema dari pengeras suara masjid. Sebut saja zahro, ia seorang santri putri PP Sabilul Hidayah yang mengambil program Tahfidz atau hafalan al qur’an. Ia berparas cantik, kecil, bekulit kuning langsat, bermata sipit dan  wajahnya memancarkan keteduhan.  Zahro terkenal remaja yang pintar dalam pelajaran diniyah maupun sekolah. Ia sekarang duduk di bangku kelas tiga madrasah aliyah, zahro selalu mendapat peringkat satu dan dia mempunyai cita cita yang sangat besar yaitu  melanjutkan kuliah di ummul quro’. Mekah al mukaromah. Sayangnya, kondisi ekonomi keluarga zahro kurang mendukung cita - cita besarnya itu. Tetapi, zahro tak pernah menyerah. Walaupun mayoritas teman – temannya sering mengejek dan menganggap cita – cita zahro terlalu mustahil, semua itu tidak dimasukan hati oleh zahro. Ejekan dari teman – temannnya, baginya malah dianggap sebagai sebuah vitamin. Dan semangatnya tidak berkurang sedikitpun malah menjadi sangat menggebu, ia terus berusaha bagaimana caranya agar ia dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi walaupun ia berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya kurang. Dan ia ingin membuktikan pada dunia kalau seorang santri, dalam hal pendidikan tidak ada diskriminasi. Zahro sangat tidak suka jika santri itu  hanya diidentikkan dengan seseorang yang bisanya hanya sarungan, kuper dan gaptek. Menurut zahro, santri itu juga memiliki peluang untuk dapat mengukir prestasi di dalam negeri maupun diluar negeri dan mengharumkan tanah air Indonesia tercinta seperti Izza nur laila santri asal jember yang mendapatkan mendali emas di Thailand dalam ajang kompetisi agri bisnis.

 Lain lagi ceritanya dengan nisa, ia berparas gendut dan tidak terlalu tinggi, manis, berkulit sawo matang dan matanya bulat seperti bola pim pong. Nisa di pesantren terkenal sebagai santri yang mbanyol dan nyeleneh. Ia juga santri tahfidz yang bisa dibilang pemalas, karena hobinya hanya borem,guyonan & ngemil. Karena hobi ngemilnya itu tidak terkendali, sampai – sampai badannya seperti drum dan ia dijuluki mbak nder alias mbak bunder. Ia adalah teman satu kamar plus satu kelas dengan zahro. Seharusnya sih, nisa sekarang sudah lulus madrasah aliyah. Bukan nisa namanya kalau tidak nyeleneh. Dulu waktu ia masih duduk di kelas sembilan MTs, ia tidak mengikuti UN dan disebabkan dengan hal yang sepele. Ya biasa lah nisa, memang dimanapun  tempatnya kalau ia sudah merasa ngantuk ia tidak dapat menahan rasa kantuknya. Walhasil, ia langsung borem alias tibo merem. Dulu juga nisa pernah menjadi bahan tertawaan santri se musholla sehabis sholat subuh. Karena, saat membaca do’a qunut ia jatuh tersungkur ke sajadah gara – gara ketiduran. Dan hal itu terulang kembali saat UN MTs. Padahal, nisa  sudah tahu kalau hari itu UN. Tapi,  sehabis sholat subuh ia malah tidur di kamar tamu yang letaknya lumayan jauh dari asrama. Ia kabur dari asrama karena malas mengikuti kajian kitab. Hemb, ya beginilah akibatnya ia ketinggalan satu pelajaran wajib UN jadi dinyatakan tidak lulus. Sebenarnya, ada ujian susulan tapi saat jadwal ujian susulan dilaksanakan ia sedang dalam keadaan lemah karena sakit muntaber ia pun dirawat selama lima hari. Jadi, ujiannya menunggu tahun depan.

 Nisa  kurang bisa menghargai waktu, padahal semua kebutuhannya tercukupi dan dia di pesantren waktunya sangat luang tetapi hanya digunakan untuk ndopok. Berbeda dengan zahro, baginya setiap hitungan detik itu sangat berharga sekali. Dua moto zahro adalah manajemen waktu adalah kunci kesuksesan seseorang dan setiap ada kemauan serta usaha pasti ada jalannya. Jika ada waktu senggang sedikit saja, zahro sangat senang sekali. Karena bisa ia gunakan untuk tadarus atau istirahat. Karena jarang sekali ia dapat tadarus al qur’an dengan durasi yang lama. Sebab, harus membagi waktunya untuk sekolah sambil bekerja sebagai guru ngaji dan bersih – bersih di rumah pak haji mahsun sehabis pulang sekolah. Ia melakukan ini semua tak lain untuk meringankan beban kedua orang tuanya yang sudah tua dan sakit - sakitan. Hasil kerja kerasnya ini pun yang sebenarnya nominalnya tidak seberapa besar, tidak  hanya digunakan oleh zahro saja. Sebagian ia kirimkan kepada orang tuanya untuk ditabung kalau suatu saat sang bapak sakitnya kambuh dan memerlukan obat. Sebenarnya, orang tua zahro melarang zahro bekerja seperti ini. Tapi, alasan zahro ialah “ndok pingin mondok kaleh sekolah pak”. Sang bapak terdiam seraya menatap putrinya lamat - lamat dengan penuh rasa iba, tak terasa kantung mata sang bapak dipenuhi oleh air mata. Sang bapak sebenarnya menahan air mata ini dari tadi agar jangan sampai jatuh. Tapi, akhirnya air mata tak bisa terbendung lagi dan meleleh begitu saja. Pak arif berkata terbata - bata dengan nada datar disertai isakan tangis “sepurone bapak yo ndok bapak ndak biso nyekolahne sampeyan…?”. Zahro juga tak dapat menahan tangisnya ia berkata sambil tersedu – sedan “njeh pak, mboten nopo – nopo seng penting kulo namung nyuwun do’ane bapak”. Nah, itulah sebabnya mengapa zahro sekolah sambil bekerja. Bu nyai mahmudah sang pengasuh pondok saja sampai salut terhadap mbak zahro karena kegigihannya dalam menuntut ilmu.
                                                                       
***

“Ya allah gusti… gimana ini aku belum buat setoran nanti subuh…?” sekejap setelah ingat jika habis sholat subuh ada kajian wajib yaitu setoran hafalan qur’an, nisa langsung terbelalak kaget seperti disiram air es satu ember. Hahaha… benar saja, saking kagetnya ia langsung duduk. Ia syok bukan kepalang. karena dirinya belum menyiapkan setoran al qur’an. “aduh, mampus aku nanti pasti dimarahin ibu nyai…” nisa sangat ketakutan karena ini bukan untuk yang pertama kalinya ia tidak menyiapkan setoran al qur’an. Alhasil, benar saja setiap ia belum menyiapkan hafalan ia selalu membuat alasan untuk tidak mengaji agar tidak di bendu bu nyai. terkadang alasannya nyeleneh yaitu sakit bisul lah, sakit gigi lah, sampai - sampai alasan yang aneh yaitu lupa menaruh al qur’an. Haduh… ada – ada saja nisa ini. Zahro yang sudah bangun lebih awal sebelum tarhim hanya tersenyum dan menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepala melihat nisa yang sedang kebingungan dan berkata “hemb… makanya to nis, kalau malam jangan ndopok saja. Kalau udah gini gimana coba, nanti ibu nyai pasti bendu. Kamu sih, di bilangin susah kalau disuruh nderes malah ngobrol aja”.  nisa memasang ekspresi wajah menyesal sambil memanyunkan bibirnya “iya… iyambak zahro aku salah” tiba – tiba  zahro melamun dalam hatinya ia berkata  “huh… Andai saja aku jadi kamu nis, semua kebutuhan udah tercukupi, mau minta apa dituruti. Kurang apa coba…? Kalau nasib aku dulu jadi anaknya orang punya, pasti aku nggak akan neko – neko, aku  mau belajar sungguh – sungguh dan melanjutkan kuliah di luar negeri dan aku pastinya bakalan seneng banget” saat tersadar dari khayalannya itu zahro mengkedip – kedipkan matanya dan menggeleng – gelengkan kepalanya. Nisa bertanya “mbak zahro kenapa kok matanya dikedip – kedipin mbak sakit mata ya….?”  “ emb… nggak apa – apa kok nis, mbak cuma ngantuk aja soalnya udah bangun dari tadi sih. Yaudah yuk kita ambil wudlu habis itu kita nderes biar setorannya nanti lancar “.  “terus… aku gimana mbak zahro aku kan belum buat setoran…..? aku nanti nggak ngaji aja ah”.  “hush ngawor kamu ini nis, nanti setorannya yang kemaren diulangi lagi aja enggak apa - apa dari pada enggak ngaji yang penting istiqomah berangkat ngajinya, kalau udah istiqomah insya alloh barokah nis dan ibu nyai juga insya alloh enggak akan bendu kok kalau ibu kan yang penting berangkat ngaji bisa enggak bisa yang penting aktif berangkat ngaji”.

  ***   

            “Assalamu’alaikum mbak zahro… mbak zahro… mbak zahro dimana ya nis?” ana mencari zahro ekspresinya menggambarkan seperti orang yang baru mendapatkan uang satu karung hehehe... ia adalah kakak kelas zahro. Hari ini ana senang sekali karena organisasi ROHIS nya diundang dalam acara Gebyar Budaya Islam tingkat Provinsi. Dan dalam acara ini ada berbagai macam tangkai perlombaan antara lain ada cerdas cermat, pidato, drama, pentas seni,  tartil, qiro’ah, dan tahfidz, dll. Mendapatkan informasi tentang lomba tahfidz, pikiran ana langsung tertuju kepada zahro. Mengapa demikian? Karena, hafalan zahro terkenal kuat, tajwidnya benar dan makhrojnya fasih. Ana yakin, kalau zahro ikut lomba ini insya alloh masuk tiga besar. “ada apa to mbak ana kok kelihatannya ada yang penting sekali gitu…? Seperti orang yang habis kehilangan sapi sepuluh ekor saja hehehe…” Tanya nisa dengan candaannya yang mbanyol  “ih…apaan sih nisa, ini tuh serius tau. Gini loh nis, ini penting sekali karena menyangkut hidup dan matiku…hehehe…” ana menjawab pertanyaan nisa dengan nada  horor”. Tak lama setelah guyonan kecil itu, terdengar seseorang mengucap salam di depan pintu asrama “assalamu’alaikum… eh, ada mbak ana to apa kabar mbak ana…?” “Alhamdulillah, baik”. Kemudian nisa memotong percakapan kecil itu “pucuk dicinta ulampun tiba! Itu mbak zahronya udah datang”.  Zahro penasaran, ia mengernyitkan dahinya “emangnya ada apa sih nis…?” “ itu lo dari tadi mbak zahro di cariin sama mbak ana, kayaknya ada bisnis penting deh mbak?” zahro tidak langsung percaya kalau ana mencarinya, zahro berfikir kenapa juga mbak ana kepesantren sekarang, kan nggak ada pengajian. Mbak ana kan ke pesantrennya kalau ada pengajian aja. Dalam hati zahro menggumam “hohoho… Nisa mau mencoba bohongin aku lagi nih”. Karena zahro sudah terlalu sering di jahilin sama nisa dan modusnya ya seperti ini, nisa bilang kalau zahro sedang dicari seseorang tapi nanti setelah zahro mencari orang yang mencarinya ia malah mati gaya karena orang tersebut berkata “enggak kok mbak aku enggak nyari sampeyan, memang kata siapa aku nyari sampeyan…?“.  Zahro mengepalkan tangannya dan menjulurkannya ke nisa, bak orang yang akan bertanding tinju dan matanya melotot ini ia lakukan hanya untuk menakut – nakuti nisa. “awas ya nis, kalau sampai bohongin aku lagi…!”. “ya alloh mbak zahro, aku tuh dah tobat nasuha ya. Enggak nakal lagi deh, ini cius loh mbak. Suwer… tekewer kewer dah pokoknya”. “mbak ana, nisa kan nggak bohong yaa…?” nisa berusaha meyakinkan zahro dengan bertanya pada ana. “ngapa to mbak ana kata nisa mbak dari tadi nyariin aku, emangnya ada apa loh mbak…?”. Kemudian ana menjelaskan maksud kedatangannya pada zahro, karena jarang sekali ia berkunjung ke pesantren ini kalau tidak waktu pengajian. “begini lo zahro, tadi itu rohis sekolah kita dapet undangan lomba dari provinsi acaranya Gebyar Budaya Islam dan kalau sampai dapet juara pertama nanti dibawa ke Jakarta lo ro, terus kalau dapet juara satu lagi mau di lombain diluar negeri lo ro. Didalam undangan itu ternyata salah satunya ada lomba tahfidz 15 juz, dari sekolah semuanya merekomendasikan kamu zahro. Karena, sekolah yakin kamu bisa mengharumkan nama sekolah. Dan lombanya masih setengah bulan lagi kok zahro, jadi kamu bisa siap – siap. Gimana mau nggak ro…? Mau ya ro, kalau bukan kamu siapa lagi ro” ana berharap – harap cemas, ia sangat berharap zahro mau menjadi perwakilan sekolahnya dalam lomba tahfidz ini. Zahro diam sebentar sambil menggaruk – garuk kepalanya “emb… gimana ya mbak ana, maaf ya mbak kayaknya zahro nggak bisa deh”. Ana tertegun kaget sambil menelan ludah. “maksud kamu gimana ro?”. “hehehe… nggak bisa nolak maksudnya mbak ana”. “ wedalah, dasar ya zahro sekarang udah mulai bisa jahil…?”. “tapi, zahro nggak bisa jamin dapet juaranya lo mbak ana” “ nggak apa – apa ro, yang penting kan udah ikhtiar. Makanya sekarang gunain waktu seefisien mungkin oke…?”. Zahro menjawab dengan semangat “wokey… mbak ana siip dah pokoknya”. Setelah mendapatkan jawaban yang memuaskan dari zahro, ana pun berpamitan untuk pulang.

                                                                       
***

            Zahro memandang langit biru nan luas seakan memberikan semangat, memberikan sejuta harapan dan keyakinan akan terwujudnya cita – cita. Ya, hari ini kamis 26 Januari 2015. Lomba Gebyar Budaya Islam itu akan dimulai. Kepala sekolah memimpin apel dan memberi support kepada siswa siswinya yang mengikiti kompetisi tersebut. Saat tiba di lokasi perlombaan, zahro diantarkan masuk ke ruangan lomba tahfidz oleh panitia. Ternyata zahro tampil di hari kedua, jadi ia di ruangan ia hanya sebagai audien saja. Zahro sempat deg – deg an, mendengarkan peserta - peserta yang tampil. Karena, suaranya merdu dan nadanya bagus. Zahro sempat downmental, tetapi ia tetap optimis “AKU PASTI BISA…!”. Ini merupakan kesempatan baik bagi zahro, jika ia bisa lolos nasional pasti ia akan mendapatkan beasiswa dan tentunya bisa saja cita – citanya kuliah di luar negeri terwujud.

            Malam telah larut, waktu merambat dalam senyap. Tetapi, mata zahro belum juga terpejam. Kepalanya masih bergerak kekanan dan kekiri, untuk mencari kenyamanan agar secepatnya bisa membenamkan kesadarannya. Detak jam dinding semakin terdengar jelas, sepi begitu mengigit hati ketika jarum jam melewati pukul 01.00 dini hari. Bukan kegelisahan karena peserta - peserta yang bersuara merdu tadi, yang menahan kesadaran zahro adalah bayangan kata – kata bapaknya “ndok, seng tenanan lek belajar bapak karo ibu do’ake sampeyan terus lek sholat tahajudan ben dadi anak seng sholikhah tur pinter”. Setelah agak lama, zahro menghela nafas panjang dan mengeluarkannya. Kemudian, ia bangun untuk sholat tahajud dan berdo’a agar besok pagi saat kompetisi diberi kelancaran. Setelah itu, zahro merasa tenang dan dapat membenamkan kesadarannya.

            Peserta dengan nomor urut 481 harap maju kedepan podium. Panitia memanggil nomor urut zahro “bismillah…”. Zahro dalam hati berdo’a. Saat dewan juri memberikan pertanyaan, satu per satu pertanyaan dari dewan juri disantap habis oleh zahro tanpa ada yang salah. Para dewan juri dan peserta yang lainpun tercengang heran menyaksikan penampilan zahro, karena satu pertanyaan pun tak ada yang salah. Setelah semua peserta tampil, semua peserta dikumpulkan di wisma gedung untuk menyaksikan berbagai macam pertunjukan sekaligus pengumuman pemenang lomba. Saat diumumkan, ternyata zahro mendapat juara pertama. Ia langsung sujud syukur, iapun menangis bahagia. Kemudian ia maju ke panggung utama dan diberi penghargaan tropi serta amplop berisi uang. Selang beberapa bulan, ia diajukan lagi mengikuti lomba tingkat Nasional di Jakarta & Internasional di Kairo. Alloh memang selalu bersama hambanya yang sabar, tak di sangka kompetisi di Jakarta & di Kairo ini dimenangkan oleh zahro. Ia langsung mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya cita – citanya yaitu kuliah di luar negeri. Nah, setelah itu zahro selalu memberi motivasi dan semangat kepada adik – adik kelasnya di pesantren agar selalu semangat dalam belajar dan menunjukkan pada dunia kalau santri juga dapat mengukir prestasi untuk Indonesia. Kata yang selalu di sampaikan zahro adalah “barang siapa yang sungguh – sungguh pasti ia akan mendapatkan”.

Salam semangat santri!!!
sekian…..
syukron katsir udah berkunjung ke blog ane...., tambah semangat lagi yaa belajarnya...?
jangan lupa like + komentarnya, wokeyyy...??