CERPEN :" SKENARIO ALLAH MEMANG INDAH "
Sabtu, 29 Oktober 2016
CERPEN :" SKENARIO ALLAH MEMANG INDAH ": cerpen : " Skenario Alloh Memang Indah "
CERPEN :" SKENARIO ALLAH MEMANG INDAH ": cerpen : " Skenario Alloh Memang Indah ": by : luluk annisatul mufidah, 19 th PP hidayatul mubarok, Lampung Tengah " SKENARIO ALLAH MEMANG INDAH " Tepat pukul 0...
Jumat, 28 Oktober 2016
cerpen : " Skenario Alloh Memang Indah "
by : luluk annisatul mufidah, 19 th
PP hidayatul mubarok, Lampung Tengah
" SKENARIO
ALLAH MEMANG INDAH "
Tepat pukul
04.30, para santri terbangun mendengar suara tarhim yang menggema dari pengeras
suara masjid. Sebut saja zahro, ia seorang santri putri PP Sabilul Hidayah yang mengambil program Tahfidz atau hafalan al qur’an. Ia berparas
cantik, kecil, bekulit kuning langsat, bermata sipit dan wajahnya memancarkan keteduhan. Zahro terkenal remaja yang pintar dalam
pelajaran diniyah maupun sekolah. Ia sekarang duduk di bangku kelas tiga madrasah
aliyah, zahro selalu mendapat peringkat satu dan dia mempunyai cita cita yang
sangat besar yaitu melanjutkan kuliah di
ummul quro’. Mekah al mukaromah. Sayangnya, kondisi ekonomi keluarga zahro kurang
mendukung cita - cita besarnya itu. Tetapi, zahro tak pernah menyerah. Walaupun
mayoritas teman – temannya sering mengejek dan menganggap cita – cita zahro
terlalu mustahil, semua itu tidak dimasukan hati oleh zahro. Ejekan dari teman –
temannnya, baginya malah dianggap sebagai sebuah vitamin. Dan semangatnya tidak
berkurang sedikitpun malah menjadi sangat menggebu, ia terus berusaha bagaimana
caranya agar ia dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi walaupun
ia berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya kurang. Dan ia ingin
membuktikan pada dunia kalau seorang santri, dalam hal pendidikan tidak ada
diskriminasi. Zahro sangat tidak suka jika santri itu hanya diidentikkan dengan seseorang yang
bisanya hanya sarungan, kuper dan gaptek. Menurut zahro, santri itu juga
memiliki peluang untuk dapat mengukir prestasi di dalam negeri maupun diluar
negeri dan mengharumkan tanah air Indonesia tercinta seperti Izza nur laila
santri asal jember yang mendapatkan mendali emas di Thailand dalam ajang
kompetisi agri bisnis.
Lain lagi ceritanya dengan nisa, ia berparas
gendut dan tidak terlalu tinggi, manis, berkulit sawo matang dan matanya bulat
seperti bola pim pong. Nisa di pesantren terkenal sebagai santri yang mbanyol
dan nyeleneh. Ia juga santri tahfidz yang bisa dibilang pemalas,
karena hobinya hanya borem,guyonan & ngemil. Karena hobi
ngemilnya itu tidak terkendali, sampai – sampai badannya seperti drum dan ia dijuluki
mbak nder alias mbak bunder. Ia adalah teman satu kamar plus satu
kelas dengan zahro. Seharusnya sih, nisa sekarang sudah lulus madrasah aliyah.
Bukan nisa namanya kalau tidak nyeleneh. Dulu waktu ia masih duduk di
kelas sembilan MTs, ia tidak mengikuti UN dan disebabkan dengan hal yang sepele.
Ya biasa lah nisa, memang dimanapun
tempatnya kalau ia sudah merasa ngantuk ia tidak dapat menahan rasa
kantuknya. Walhasil, ia langsung borem alias tibo merem. Dulu juga nisa
pernah menjadi bahan tertawaan santri se musholla sehabis sholat subuh. Karena,
saat membaca do’a qunut ia jatuh tersungkur ke sajadah gara – gara ketiduran.
Dan hal itu terulang kembali saat UN MTs. Padahal, nisa sudah tahu kalau hari itu UN. Tapi, sehabis sholat subuh ia malah tidur di kamar
tamu yang letaknya lumayan jauh dari asrama. Ia kabur dari asrama karena malas
mengikuti kajian kitab. Hemb, ya beginilah akibatnya ia ketinggalan satu
pelajaran wajib UN jadi dinyatakan tidak lulus. Sebenarnya, ada ujian susulan
tapi saat jadwal ujian susulan dilaksanakan ia sedang dalam keadaan lemah
karena sakit muntaber ia pun dirawat selama lima hari. Jadi, ujiannya menunggu
tahun depan.
Nisa
kurang bisa menghargai waktu, padahal semua kebutuhannya tercukupi dan
dia di pesantren waktunya sangat luang tetapi hanya digunakan untuk ndopok.
Berbeda dengan zahro, baginya setiap hitungan detik itu sangat berharga sekali.
Dua moto zahro adalah manajemen waktu adalah kunci kesuksesan seseorang dan
setiap ada kemauan serta usaha pasti ada jalannya. Jika ada waktu senggang
sedikit saja, zahro sangat senang sekali. Karena bisa ia gunakan untuk tadarus
atau istirahat. Karena jarang sekali ia dapat tadarus al qur’an dengan durasi
yang lama. Sebab, harus membagi waktunya untuk sekolah sambil bekerja sebagai
guru ngaji dan bersih – bersih di rumah pak haji mahsun sehabis pulang sekolah.
Ia melakukan ini semua tak lain untuk meringankan beban kedua orang tuanya yang
sudah tua dan sakit - sakitan. Hasil kerja kerasnya ini pun yang sebenarnya
nominalnya tidak seberapa besar, tidak hanya digunakan oleh zahro saja. Sebagian ia
kirimkan kepada orang tuanya untuk ditabung kalau suatu saat sang bapak
sakitnya kambuh dan memerlukan obat. Sebenarnya, orang tua zahro melarang zahro
bekerja seperti ini. Tapi, alasan zahro ialah “ndok pingin mondok kaleh
sekolah pak”. Sang bapak terdiam seraya menatap putrinya lamat - lamat dengan
penuh rasa iba, tak terasa kantung mata sang bapak dipenuhi oleh air mata. Sang
bapak sebenarnya menahan air mata ini dari tadi agar jangan sampai jatuh. Tapi,
akhirnya air mata tak bisa terbendung lagi dan meleleh begitu saja. Pak arif
berkata terbata - bata dengan nada datar disertai isakan tangis “sepurone bapak
yo ndok bapak ndak biso nyekolahne sampeyan…?”. Zahro juga tak dapat
menahan tangisnya ia berkata sambil tersedu – sedan “njeh pak, mboten nopo –
nopo seng penting kulo namung nyuwun do’ane bapak”. Nah, itulah sebabnya
mengapa zahro sekolah sambil bekerja. Bu nyai mahmudah sang pengasuh pondok
saja sampai salut terhadap mbak zahro karena kegigihannya dalam menuntut ilmu.
***
“Ya allah gusti…
gimana ini aku belum buat setoran nanti subuh…?” sekejap setelah ingat jika
habis sholat subuh ada kajian wajib yaitu setoran hafalan qur’an, nisa langsung
terbelalak kaget seperti disiram air es satu ember. Hahaha… benar saja, saking
kagetnya ia langsung duduk. Ia syok bukan kepalang. karena dirinya belum
menyiapkan setoran al qur’an. “aduh, mampus aku nanti pasti dimarahin ibu
nyai…” nisa sangat ketakutan karena ini bukan untuk yang pertama kalinya ia
tidak menyiapkan setoran al qur’an. Alhasil, benar saja setiap ia belum
menyiapkan hafalan ia selalu membuat alasan untuk tidak mengaji agar tidak di bendu
bu nyai. terkadang alasannya nyeleneh yaitu sakit bisul lah, sakit gigi
lah, sampai - sampai alasan yang aneh yaitu lupa menaruh al qur’an. Haduh… ada –
ada saja nisa ini. Zahro yang sudah bangun lebih awal sebelum tarhim hanya
tersenyum dan menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepala melihat nisa
yang sedang kebingungan dan berkata “hemb… makanya to nis, kalau malam jangan ndopok
saja. Kalau udah gini gimana coba, nanti ibu nyai pasti bendu. Kamu
sih, di bilangin susah kalau disuruh nderes malah ngobrol aja”. nisa memasang ekspresi wajah menyesal sambil
memanyunkan bibirnya “iya… iya… mbak zahro aku salah” tiba – tiba zahro melamun dalam hatinya ia berkata “huh… Andai saja aku jadi kamu nis, semua
kebutuhan udah tercukupi, mau minta apa dituruti. Kurang apa coba…? Kalau nasib
aku dulu jadi anaknya orang punya, pasti aku nggak akan neko – neko, aku
mau belajar sungguh – sungguh dan
melanjutkan kuliah di luar negeri dan aku pastinya bakalan seneng banget” saat
tersadar dari khayalannya itu zahro mengkedip – kedipkan matanya dan menggeleng
– gelengkan kepalanya. Nisa bertanya “mbak zahro kenapa kok matanya dikedip –
kedipin mbak sakit mata ya….?” “ emb…
nggak apa – apa kok nis, mbak cuma ngantuk aja soalnya udah bangun dari tadi
sih. Yaudah yuk kita ambil wudlu habis itu kita nderes biar setorannya nanti
lancar “. “terus… aku gimana mbak zahro
aku kan belum buat setoran…..? aku nanti nggak ngaji aja ah”. “hush ngawor kamu ini nis, nanti
setorannya yang kemaren diulangi lagi aja enggak apa - apa dari pada enggak
ngaji yang penting istiqomah berangkat ngajinya, kalau udah istiqomah insya
alloh barokah nis dan ibu nyai juga insya alloh enggak akan bendu kok
kalau ibu kan yang penting berangkat ngaji bisa enggak bisa yang penting aktif
berangkat ngaji”.
***
“Assalamu’alaikum
mbak zahro… mbak zahro… mbak zahro dimana ya nis?” ana mencari zahro
ekspresinya menggambarkan seperti orang yang baru mendapatkan uang satu karung
hehehe... ia adalah kakak kelas zahro. Hari ini ana senang sekali karena
organisasi ROHIS nya diundang dalam acara Gebyar Budaya Islam tingkat Provinsi.
Dan dalam acara ini ada berbagai macam tangkai perlombaan antara lain ada cerdas
cermat, pidato, drama, pentas seni, tartil, qiro’ah, dan tahfidz, dll. Mendapatkan
informasi tentang lomba tahfidz, pikiran ana langsung tertuju kepada zahro.
Mengapa demikian? Karena, hafalan zahro terkenal kuat, tajwidnya benar dan
makhrojnya fasih. Ana yakin, kalau zahro ikut lomba ini insya alloh masuk tiga
besar. “ada apa to mbak ana kok kelihatannya ada yang penting sekali gitu…?
Seperti orang yang habis kehilangan sapi sepuluh ekor saja hehehe…” Tanya nisa
dengan candaannya yang mbanyol “ih…apaan
sih nisa, ini tuh serius tau. Gini loh nis, ini penting sekali karena menyangkut
hidup dan matiku…hehehe…” ana menjawab pertanyaan nisa dengan nada horor”. Tak lama setelah guyonan kecil
itu, terdengar seseorang mengucap salam di depan pintu asrama “assalamu’alaikum…
eh, ada mbak ana to apa kabar mbak ana…?” “Alhamdulillah, baik”. Kemudian nisa
memotong percakapan kecil itu “pucuk dicinta ulampun tiba! Itu mbak zahronya
udah datang”. Zahro penasaran, ia
mengernyitkan dahinya “emangnya ada apa sih nis…?” “ itu lo dari tadi mbak
zahro di cariin sama mbak ana, kayaknya ada bisnis penting deh mbak?” zahro
tidak langsung percaya kalau ana mencarinya, zahro berfikir kenapa juga mbak
ana kepesantren sekarang, kan nggak ada pengajian. Mbak ana kan ke pesantrennya
kalau ada pengajian aja. Dalam hati zahro menggumam “hohoho… Nisa mau mencoba
bohongin aku lagi nih”. Karena zahro sudah terlalu sering di jahilin sama nisa
dan modusnya ya seperti ini, nisa bilang kalau zahro sedang dicari seseorang
tapi nanti setelah zahro mencari orang yang mencarinya ia malah mati gaya karena
orang tersebut berkata “enggak kok mbak aku enggak nyari sampeyan, memang kata
siapa aku nyari sampeyan…?“. Zahro
mengepalkan tangannya dan menjulurkannya ke nisa, bak orang yang akan
bertanding tinju dan matanya melotot ini ia lakukan hanya untuk menakut –
nakuti nisa. “awas ya nis, kalau sampai bohongin aku lagi…!”. “ya alloh mbak
zahro, aku tuh dah tobat nasuha ya. Enggak nakal lagi deh, ini cius loh mbak.
Suwer… tekewer kewer dah pokoknya”. “mbak ana, nisa kan nggak bohong yaa…?”
nisa berusaha meyakinkan zahro dengan bertanya pada ana. “ngapa to mbak ana
kata nisa mbak dari tadi nyariin aku, emangnya ada apa loh mbak…?”. Kemudian
ana menjelaskan maksud kedatangannya pada zahro, karena jarang sekali ia
berkunjung ke pesantren ini kalau tidak waktu pengajian. “begini lo zahro, tadi
itu rohis sekolah kita dapet undangan lomba dari provinsi acaranya Gebyar Budaya
Islam dan kalau sampai dapet juara pertama nanti dibawa ke Jakarta lo ro, terus
kalau dapet juara satu lagi mau di lombain diluar negeri lo ro. Didalam
undangan itu ternyata salah satunya ada lomba tahfidz 15 juz, dari sekolah
semuanya merekomendasikan kamu zahro. Karena, sekolah yakin kamu bisa
mengharumkan nama sekolah. Dan lombanya masih setengah bulan lagi kok zahro,
jadi kamu bisa siap – siap. Gimana mau nggak ro…? Mau ya ro, kalau bukan kamu
siapa lagi ro” ana berharap – harap cemas, ia sangat berharap zahro mau menjadi
perwakilan sekolahnya dalam lomba tahfidz ini. Zahro diam sebentar sambil
menggaruk – garuk kepalanya “emb… gimana ya mbak ana, maaf ya mbak kayaknya
zahro nggak bisa deh”. Ana tertegun kaget sambil menelan ludah. “maksud kamu
gimana ro?”. “hehehe… nggak bisa nolak maksudnya mbak ana”. “ wedalah, dasar ya
zahro sekarang udah mulai bisa jahil…?”. “tapi, zahro nggak bisa jamin dapet
juaranya lo mbak ana” “ nggak apa – apa ro, yang penting kan udah ikhtiar.
Makanya sekarang gunain waktu seefisien mungkin oke…?”. Zahro menjawab dengan
semangat “wokey… mbak ana siip dah pokoknya”. Setelah mendapatkan jawaban yang
memuaskan dari zahro, ana pun berpamitan untuk pulang.
***
Zahro
memandang langit biru nan luas seakan memberikan semangat, memberikan sejuta
harapan dan keyakinan akan terwujudnya cita – cita. Ya, hari ini kamis 26
Januari 2015. Lomba Gebyar Budaya Islam itu akan dimulai. Kepala sekolah
memimpin apel dan memberi support kepada siswa siswinya yang mengikiti
kompetisi tersebut. Saat tiba di lokasi perlombaan, zahro diantarkan masuk ke
ruangan lomba tahfidz oleh panitia. Ternyata zahro tampil di hari kedua, jadi
ia di ruangan ia hanya sebagai audien saja. Zahro sempat deg – deg an,
mendengarkan peserta - peserta yang tampil. Karena, suaranya merdu dan nadanya
bagus. Zahro sempat downmental, tetapi ia tetap optimis “AKU PASTI BISA…!”. Ini
merupakan kesempatan baik bagi zahro, jika ia bisa lolos nasional pasti ia akan
mendapatkan beasiswa dan tentunya bisa saja cita – citanya kuliah di luar
negeri terwujud.
Malam
telah larut, waktu merambat dalam senyap. Tetapi, mata zahro belum juga
terpejam. Kepalanya masih bergerak kekanan dan kekiri, untuk mencari kenyamanan
agar secepatnya bisa membenamkan kesadarannya. Detak jam dinding semakin
terdengar jelas, sepi begitu mengigit hati ketika jarum jam melewati pukul
01.00 dini hari. Bukan kegelisahan karena peserta - peserta yang bersuara merdu
tadi, yang menahan kesadaran zahro adalah bayangan kata – kata bapaknya “ndok, seng
tenanan lek belajar bapak karo ibu do’ake sampeyan terus lek sholat tahajudan
ben dadi anak seng sholikhah tur pinter”. Setelah agak lama, zahro menghela
nafas panjang dan mengeluarkannya. Kemudian, ia bangun untuk sholat tahajud dan
berdo’a agar besok pagi saat kompetisi diberi kelancaran. Setelah itu, zahro
merasa tenang dan dapat membenamkan kesadarannya.
Peserta
dengan nomor urut 481 harap maju kedepan podium. Panitia memanggil nomor urut
zahro “bismillah…”. Zahro dalam hati berdo’a. Saat dewan juri memberikan
pertanyaan, satu per satu pertanyaan dari dewan juri disantap habis oleh zahro
tanpa ada yang salah. Para dewan juri dan peserta yang lainpun tercengang heran
menyaksikan penampilan zahro, karena satu pertanyaan pun tak ada yang salah.
Setelah semua peserta tampil, semua peserta dikumpulkan di wisma gedung untuk
menyaksikan berbagai macam pertunjukan sekaligus pengumuman pemenang lomba.
Saat diumumkan, ternyata zahro mendapat juara pertama. Ia langsung sujud syukur,
iapun menangis bahagia. Kemudian ia maju ke panggung utama dan diberi
penghargaan tropi serta amplop berisi uang. Selang beberapa bulan, ia diajukan
lagi mengikuti lomba tingkat Nasional di Jakarta & Internasional di Kairo.
Alloh memang selalu bersama hambanya yang sabar, tak di sangka kompetisi di
Jakarta & di Kairo ini dimenangkan oleh zahro. Ia langsung mendapatkan
berbagai penghargaan, salah satunya cita – citanya yaitu kuliah di luar negeri.
Nah, setelah itu zahro selalu memberi motivasi dan semangat kepada adik – adik
kelasnya di pesantren agar selalu semangat dalam belajar dan menunjukkan pada
dunia kalau santri juga dapat mengukir prestasi untuk Indonesia. Kata yang
selalu di sampaikan zahro adalah “barang siapa yang sungguh – sungguh pasti ia
akan mendapatkan”.
Salam
semangat santri!!!
sekian…..
syukron katsir udah berkunjung ke blog ane...., tambah semangat lagi yaa belajarnya...?
jangan lupa like + komentarnya, wokeyyy...??
Langganan:
Postingan (Atom)